Pilih Bahasa

Selasa, 29 Januari 2013

MESIN PEMANEN PADI OTOMATIS PERONTOK

FUTATA, Pemanen Padi Terbaik

Musim Panen telah tiba, saat yang paling dinanti petani, banyak petani yang senang dengan datangnya musim panen tahun ini, tapi sebagian petani merasa gelisah, sedih dan bingung, hal ini disebabkan pada saat padi mulai menguning, petani kesulitan  mencari buru tani untuk membantu memanen padinya, sehingga waktu panen pun mundur, ini menyebabkan hasil panen menurun karena padi sudah mulai rontok dan kering. ada beberapa petani yang mengalami kerugian yang disebabkan kurangnya tenaga kerja pada saat panen raya.

Untuk Meningkatkan hasil panen padi dalam hal ini pengoptimalan biaya panen, dan pengerjaan pemanenan tepat waktu adalah faktor utama dalam meningkatkan hasil panen bagi petani, PT. Om Hwahaha selaku Produsen Mesin Pemanen Padi FUTATA berupaya untuk memenuhi permintaan mesin yang melambung tinggi, Mesin Panen Padi Futata sudah merambah hampir keseluruh Kabupaten di Indonesia, Khusnan "Divisi marketing FUTATA" berharap Mesin yang jual seharga 52 Juta ini mampu untuk meningkatkan hasil panen padi  petani. Futata Type HH-5 merupakan mesin terbaru yang mampu memotong padi secara otomatis, sehingga proses perontokan bulir padi berjalan dengan cepat dan menghemat biaya.
Perontok Padi
Mesin Pemanen Padi

Jumat, 25 Januari 2013

JAGUNG

Varietas Jagung
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman yang telah lama dikembangkan dan dibudidayakan di Indonesia, serta menjadi salah satu tanaman pangan dunia yang penting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia juga menggunakan jagung sebagai sumber makanan pokok.

Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak, diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80 - 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah maupun tinggi serta relatif mudah perawatannya.

Peluang untuk mengembangkan tanaman ini dalam skala bisnis masih terbuka luas, karena permintaan pasar baik dari dalam maupun luar negeri sangat tinggi.

MESIN PEMANEN PADI MODERN, TERBARU, CANGGIH, OTOMATIS

PEMANEN PADI MODERN, CANGGIH, OTOMATIS


Saatnya Petani Indonesia Bangkit, Dengan Mesin ini Memanen padi jauh lebih Cepat, Hemat dan menguntungkan, hanya dalam 1 jam mampu memanen padi sebanyak 1 Ton, Harga mesin yang terjangkau membuat petani beralih untuk memilih mesin ini. Suku cadang tersedia, READY 100 Unit.
Info Penjualan;  
082337793779    TELKOMSEL
087701115777     XL
085859999222    INDOSAT
.

Di bandingkan dengan mesin pemanen yang sudah beredar di pasaran, mesin ini lebih banyak dicari oleh para petani, selain dapat berjalan pada sawah yang berair, mesin ini lebih tangguh jika berjalan pada tanah yang berlumpur, beratnya yang sangat ringan memungkinkan mesin ini untuk bermanufer dengan cepat pada segala medan, pengoperasiannya yang sederhana sehingga siapapun bisa untuk menjalankan mesin ini, sangat cocok pada lahan yang luas, sempit, miring, maupun pada lahan yang tak berbentuk. Mesin Panen padi yang bisa berfungsi sebagai mesin bajak ini adalah alat pemotong padi terbaru dalam bidang "Mesin Pertanian", sebagian petani menyebut mesin ini dengan julukan Perontok Padi Otomatis.








PENANAM PADI OTOMATIS



Penanam Padi Otomatis (Rice transplanter) adalah mesin modern untuk menanam bibit padi dengan sistem penanaman yang serentak. Cara pakai alat ini sangat gampang. Bibitkan gabah dalam petakan sawah seluas 20x80 cm. Setelah tumbuh menjadi bibit dan sudah berumur 15 hari, bibit tersebut ditaruh di atas mesin rice transplater.




Selanjutnya, mesin siap beroperasi. Dalam sekali gerak, mesin ini dapat membuat 4 jalur dengan jarak antar jalur 30 cm. Hanya dalam waktu 4 jam, satu ton bibit padi yang digendongnya sudah habis ditanam.



Selain Penanam Padi Otomatis (rice transplater), karena kelangkaan tenaga pemanen, di beberapa tempat di Indonesia sudah mulai menggunakan mesin modern pemanen padi (combine harvester). Mesin ini bisa memotong padi, merontokkan gabah, membersihkan gabah dan memasukkannya ke dalam karung.

Kamis, 24 Januari 2013

VARIETAS PADI

Varietas Padi

Inpari 30 Ciherang Sub 1 PDF Cetak E-mail


DESKRIPSI

INPARI 30 CIHERANG SUB 

Umur Tanaman 111 hari setelah semai
Tinggi Tanaman 101 cm
Kerontokan Sedang
Kerebahan Sedang
Tekstur Nasi Pulen
Kadar Amilosa ±22,4 %
Rata-rata Hasil 7,2 t/ha
Potensi Hasil 9,6 t/ha
Ketahanan terhadap
Hama Agak rentan terhadap wereng batang cokelat biotipe 1 dan 2.
Rentan terhadap biotipe  3.

Penyakit Agak rentan terhadap hawar daun bakteri patotipe III.
Rentan terhadap patotipe IV dan VIII.
Anjuran Tanam Cocok untuk ditanam disawah irigasi dataran rendah sampai ketinggian 400 m dpl didaerah luapan sungai, cekungan, dan rawan banjir lainnya dengan rendaman keseluruhan fase vegetative selama 15 hari.

Pemulia Yudhistira Nugraha, Supartopo, Nurul Hidayatun, Endang Septiningsih (IRRI), Alfaro Pamplona (IRRI), dan David J Mackill (IRRI).
Dilepas tahun 2012
 
Inpari 29 Rendaman PDF Cetak E-mail
   
DESKRIPSI

INPARI 29 RENDAMAN

Umur Tanaman ±110 hari setelah semai
Tinggi Tanaman ±103 cm
Kerontokan Sedang
Kerebahan Sedang
Tekstur Nasi Pulen
Kadar Amilosa ±21,1 %
Rata-rata Hasil 6,5 t/ha
Potensi Hasil 9,5 t/ha
Ketahanan terhadap
Hama Agak rentan terhadap wereng batang cokelat biotipe 1.
Rentan terhadap biotipe 2 dan 3.
Penyakit Agak rentan terhadap hawar daun bakteri patotipe III.
Rentan terhadap patotipe IV dan VIII.
Anjuran Tanam Cocok untuk ditanam disawah irigasi dataran rendah sampai ketinggian 400 m dpl terutama didaerah rawan banjir dengan rendaman keseluruhan fase vegetative selama lebih dari 14 hari.
Pemulia Yudhistira Nugraha, Supartopo, dan Suwarno
Dilepas tahun 2012
LAST_UPDATED2
 
Inpari 28 Kerinci PDF Cetak E-mail


DESKRIPSI

INPARI 28 Kerinci

Umur Tanaman ±120 hari setelah sebar
Tinggi Tanaman ±97 cm
Kerontokan Sedang
Kerebahan Tahan
Tekstur Nasi Pulen
Kadar Amilosa ±23,7 %
Rata-rata Hasil 6,6 t/ha GKG
Potensi Hasil 9,5 t/ha GKG
Ketahanan terhadap
Hama Agak rentan terhadap wereng batang cokelat biotipe 1, 2, dan 3.
Penyakit Tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III.
Agak rentan terhadap patotipe IV dan VIII.
Agak tahan terhadap blas ras 033 da 073.
Rentan terhadap ras  133 dan 173.
Rentan terhadap tungro.
Anjuran Tanam Cocok untuk ditanam di ekosistem sawah sampai ketinggian 1100 m dpl.
Pemulia Aan A. Daradjat, Nafisah, Cucu Gunarsih, dan Trias Sitaresmi.
Dilepas tahun 2012

Inpari 27 PDF Cetak E-mail


DESKRIPSI

INPARI 27

Umur Tanaman ±125 hari setelah sebar

Tinggi Tanaman ±81 cm
Kerontokan Sedang
Kerebahan Tahan
Tekstur Nasi Pulen
Kadar Amilosa ±21,8 %
Rata-rata Hasil 5,7 t/ha GKG
Potensi Hasil 7,6 t/ha GKG
Ketahanan terhadap
Hama Agak rentan terhadap wereng batang cokelat biotipe 1 dan 2.
Rentan terhadap biotipe 3.
Penyakit Tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III.  Agak rentan terhadap patotipe IV dan VIII.
Tahan terhadap blas ras 073. Agak tahan terhadap ras  173. Rentan terhadap ras 033 dan 133.
Rentan terhadap tungro.

Anjuran Tanam Cocok untuk ditanam di ekosistem sawah sampai ketinggian 900 m dpl.
Pemulia IRRI, Aan A. Daradjat, Nafisah, Cucu Gunarsih, dan Trias Sitaresmi.
Dilepas tahun 2012
 
Inpari 26 PDF Cetak E-mail


DESKRIPSI

INPARI 26

Umur Tanaman ±124 hari setelah sebar
Tinggi Tanaman ±80 cm
Kerontokan Sedang
Kerebahan Tahan
Tekstur Nasi Pulen
Kadar Amilosa ±20,9 %
Rata-rata Hasil 5,7 t/ha GKG
Potensi Hasil 7,9 t/ha GKG
Ketahanan terhadap
Hama Agak rentan terhadap wereng batang cokelat biotipe 1, 2, dan 3.
Penyakit Tahan terhadap hawar daun bakteri patotipe III.  Agak rentan terhadap patotipe IV dan VIII.
Tahan terhadap blas ras 033. Agak tahan trhadap ras 073 dan 173. Rentan terhadap ras 133.
Rentan terhadap tungro.
Anjuran Tanam Cocok untuk ditanam di ekosistem sawah dataran tinggi sampai ketinggian 900 m dpl.
Pemulia IRRI, Aan A. Daradjat, Nafisah, Cucu Gunarsih, dan Trias Sitaresmi.
Dilepas tahun 2012http://mesinpertanianmodern.blogspot.com/

Senin, 21 Januari 2013

Sistem Tanam Mina Padi

TTG BUDIDAYA PERIKANAN
PEMELIHARAAN IKAN DENGAN SISTEM MINA PADI
1. PENDAHULUAN
Tujuan Pembangunan Nasional diantaranya adalah meningkatkan pendapatan petani. Salah satu caranya ialah dengan meningkatkan efisiensi penggunaan lahan, seperti dengan menerapkan teknologi mina padi pada lahan persawahan. Sistem pemeliharaan mina padi adalah ikan dipelihara bersama 30 hari dan benih ikan mencapai ukuran 30-40 ekor/kg dari waktu tanamn hingga penyiangan pertama atau kedua.
2. TUJUAN
Tujuan sistim mina padi adalah untuk:
  1. Mendukung peningkatan produksivitas lahan.
  2. Meningkatan pendapatan petani.
  3. Meningkatan kualitas makanan bagi penduduk pedesaan.
3. PERSYARATAN
  1. Petakan sawah mempunyai pematang keliling yang kuat, dapat menahan air dan tidak bocor. Lebar pematang 30-50 cm dan tingginya 40-50 cm.
  2. Saluran pemasukan dan pengeluaran dilengkapidengan saringan (kawat, bambu dan lainnya).
  3. Bentuk parit atau kemalir dan lebarnya disesuaikan dengan luas petakan sawah, yaitu 2-3 %. Dalam kemalir adalah 20-30 cm. Berbagai bentuk kemalir adalah sebagai berikut:
    Gambar 1. Bentuk Kemalir

  4. Penanaman padi aturannya disesuaikan dengan ketentuan 10 (sepuluh) unsur paket teknologi, yaitu:
    1. Pengelolaan tanah meliputi: penggenangan, perbaikan pematang, pembabadan jerami, pembajakan dan pencangkulan serta pemerataan permukaan tanah.
    2. Tataguna air yang sesuai dengan jumlah dan waktu kebutuhan tanaman dan diatur secara bergiliran.
    3. Menggunakan benih berlabel biru dan memilih yang tahan terhadap genangan.
    4. Pemupukan berimbang, dimana dosis per hektar adalah UREA (200 kg), TSP (100 kg), KCL (75 kg), dan ZA(100 kg).
    5. Pengendalian hama secara terpadu tanpa membahayakan bagi kehidupan ikan.
    6. Pengaturan jarak tanam, pada musim hujan adalah 30 x 15 cm dan 22 x 22 cm untuk musim kemarau. Tiap rumpun padi terdiri dari 3 batang.
    7. Pengaturan pola tanam bertujuan untuk memotong siklus hidup hama.
    8. Pergiliran varietas padi yang ditanam.
    9. Penen dan pascapanen yang meliputi waktu panen, cara panen, perontokan, pembersihan, pengeringan dan penyimpanan.
    10. Penggunaan pupuk pelengkap cair atau zat pengatur tumbuh.
  5. Penanaman ikan.
    1. Jenis ikan yang paling umum dipelihara adalah ikan mas.
    2. Penebaran ikan dilakukan lebih kurang 4 hari setelah penanaman padi.
    3. Padat penebaran ikan adalah :
      • ukuran (2-3) cm sebanyak 2-3 ekor/m² ,
      • ukuran (3-5) cm sebanyak 1-2 ekor/m² .
    4. Pemberian makanan tambahan dapat berupa dedak sebanyak 2-4 kg/ha/hari.
4. PRODUKSI
Produksi ikan yang dapat dicapai setelah 30-40 hari pada masa pemeliharaan adalah:
  1. Benih (2-3) cm dengan derajat kelangsungan hidup (RS) 50-65 % ukuran yang dicapai (3-5) cm.
  2. Benih (3-5) cm, SR nya 60-70 % dan ukuran yang dicapai (5-8) cm.
5. HASIL PENANAMAN IKAN
Keuntungan yang diperoleh berasal dari penanaman padi dan juga dari penanaman ikan. Keuntungan yang dilakukansatu kali musim tanam padi per ha adalah sebagai berikut:
  1. Biaya pengeluaran
    1. Benih ikan 6 pinggan @ Rp. 4000,- ------------------------------------Rp. 24.000,-
    2. Pakan dedak 100 kg @ Rp. 125,- -------------------------------------Rp. 12.500,-
      Jumlah -----------------------------------------------------------------Rp. 36.500,-
  2. Pendapatan
    1. Produksi ikan 70 kg @ Rp. Rp. 2000,--------------------------------- Rp. 140.000,-
  3. Keuntungan bersih ----------------------------------------------------------Rp. 103.500,-
    Keterangan:
    • 1 pinggan = 3000 ekor
    • 1 kg = 166 ekor (ukuran (3-5) cm dengan SR 65 %.
6. SUMBER
Brosur Pemeliharaan Ikan dengan Sistem Mina Padi, Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perikanan, Balai Budidaya Air Tawar, Sukabumi- Indonesia, 1995

Minggu, 20 Januari 2013

PADI

PADI SAWAH
(Oryza sativa)
Padi (oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang vital bagi rakyat Indonesia. Menanam padi sawah sudah mendarah daging bagi sebagian besar petani di Indonesia. Mulanya kegiatan ini banyak diusahakan di pulau Jawa. Namun, saat ini hampir seluruh daerah di Indonesia sudah tidak asing lagi dengan kegiatan menanam padi di sawah.
Sistem penanaman padi di sawah biasanya didahului oleh pengolahan tanah secara sempurna seraya petani melakukan persemaian. Mula-mula sawah dibajak, pembajakan dapat dilakukan dengan mesin, kerbau atau melalui pencangkulan oleh manusia. Setelah dibajak, tanah dibiarkan selama 2-3 hari. Namun di beberapa tempat, tanah dapat dibiarkan sampai 15 hari. Selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk kedua kalinya atau bahkan ketiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam. Setelah itu bibit hasil semaian ditanam dengan cara pengolahan sawah seperti di atas (yang sering disebut pengolahan tanah sempurna, intensif atau konvensional) banyak kelemahan yang timbul penggunaan air di sawah amatlah boros. Padahal ketersediaan air semakin terbatas. Selain itu pembajakan dan pelumpuran tanah yang biasa dilakukan oleh petani ternyata menyebabkan banyak butir-butir tanah halus dan unsur hara terbawa air irigasi. Hal ini kurang baik dari segi konservasi lingkungan.
Padi merupakan tanaman yang membutuhkan air cukup banyak untuk hidupnya. Memang tanaman ini tergolong semi aquatis yang cocok ditanam di lokasi tergenang. Biasanya padi ditanam di sawah yang menyediakan kebutuhan air cukup untuk pertumbuhannya. Meskipun demikian, padi juga dapat diusahakan di lahan kering atau ladang. Istilahnya adalah padi gogo. Namun kebutuhan airnya harus terpenuhi. Oleh karena itu ada beberapa sistem budidaya yang dikenal di Indonesia, di antaranya

1.    Bertanam padi di sawah tadah hujan
Dalam mengusahakan padi di sawah, soal yang terpenting adalah bidang tanah yang ditanami harus dapat:
-    Menanam air sehingga tanah itu dapat digenangi air.
-    Mudah memperoleh dan melepaskan air.
Pematang atau galengan memegang peranan yang sangat penting, karena dalam sistem bertanam padi di sawah tadah hujan ini, pematang atau galengan ini harus kuat dan dirawat, karena bertanam padi di sawah tadah hujan memerlukan air, sehingga dengan galengan-galengan sawah ini air dapat bertanam di petakan sawah. Dan padi dengan sistem penanaman tadah hujan ini tidak dapat ditanam pada tanah yang datar.
Penggarapan bertanam padi di sawah tadah hujan ini digarap secara “basahan” yaitu menunggu sampai musim hujan tiba dan dalam proses penanaman padi ini memakai bibit persemaian. Tetapi seringkali bibit sudah terlalu tua baru dapat ditanam karena jatuhnya hujan terlambat. Dalam penanaman padi sawah tadah hujan ini untuk menanam dan selama hidupnya membutuhkan air hujan cukup. Hal ini membawa resiko yang besar sekali karena musim hujan kadang datang terlambat, sementara padi sawah tadah hujan membutuhkan air hujan yang cukup. Maka seringkali terjadi puluhan ribu hektar tidak menghasilkan sama sekali atau hasilnya rendah akibat air hujan yang tidak mencukupi.
2.    Bertanam Padi Gogo Rancah (lahan kering)
Dalam mengusahakan padi di lahan kering atau ladang atau biasa disebut padi gogo ini, relatif lebih mudah dibandingkan dengan padi sawah tadah hujan. Dalam sistem penggarapan padi di lahan kering atau ladang ini biasa dikerjakan sebelum musim penghujan tiba. Sementara dalam proses pembibitan atau penanamannya, padi gogo rancah ini tidak memerlukan persemaian, sehingga benih dapat langsung ditanam di sawah sebelum atau pada permulaan musim hujan sehingga tidak ada resiko bibit menjadi terlalu tua.
Padi gogo rancah ini tidak banyak memerlukan air hujan, pada permulaan selama 30 atau 40 hari. Hidup padi ini keringan bahkan bila kebanyakan air hujan, maka air tersebut harus dibuang. Sesudah itu bilamana air hujan cukup, maka padi gogo rancah ini dapat dijadikan padi sawah biasa. Tetapi kalau tidak ada hujan, dapat hidup kekeringan, maka resiko mati sangat kecil.
3.    Bertanam Padi Sawah Tanpa Olah Tanah (TOT)
Meskipun disebut bertanam padi sawah ini tanpa olah tanah tetapi tidak berarti bahwa tak ada persiapan sama sekali. Sistem ini masih merupakan bagian pengolahan tanah konservasi yang melibatkan perbedaan mendasar dengan penanaman padi biasa. Pembajakan dan pencangkulan di dalam sistem TOT ini tidak ada dan dalam sistem TOT ini dilakukan penyemprotan herbisida terhadap sisa tanaman padi (singgang) atau gulma yang tumbuh.
Secara umum kegiatan bertanam padi sawah tanpa olah tanah ini dapat diartikan sebagai penanaman padi di lahan sawah yang persiapan lahannya tanpa pengolahan tanah dan pelumpuran, tetapi cukup dengan bantuan herbisida dalam mengendalikan gulma dan singgangnya. Tanaman padi ini dapat tumbuh seperti pada lahan yang diolah biasa. Hal ini disebabkan karena singgang dan gulma yang membusuk akan melonggarkan tanah sehingga akar padi dapat berkembang dengan mudah dan tanaman padi dapat tumbuh seperti biasa. Bibit padi dari persemaian dapat langsung ditanam pada tanah tanpa olah yang sudah lunak karena digenang terlebih dahulu. Dapat juga benih ditebarkan langsung (tabela) atau ditabur dalam air yang sudah disediakan.
Keuntungan menanam padi dengan sistem Tanpa Olah Tanam (TOT).
a.    Kualitas pertumbuhan tanaman dan hasil panen tidak berbeda dengan penanaman padi biasa.
b.    Menghemat biaya persiapan lahan 40% yang juga mengurangi biaya produksi.
c.    Menghemat waktu musim tanam sampai 1 bulan, artinya jumlah penanaman dalam satu tahun air ditingkatkan.
d.    Mengurangi pemakaian air lebih dari 20%
e.    Mempermudah kemungkinan penanaman secara serempak sehingga konsep pengendalian hama terpadu (PHT) padi sawah dapat diterapkan dan baik.
f.    Melestarikan kesuburan tanah, mengurani pencucian unsur hara dan jumlah sendimen terangkut.
g.    Mengurangi pencemaran perairan dan pendangkalan saluran air atau sungai.
h.    Mengurangi emisi metan sampai 40%.
i.    Memungkinkan peningkatan luas sawah garapan.
j.    Memberikan keuntungan bagi petani yang berarti membantu meningkatkan kualitas hidupnya.
Kendala-kendala yang Dihadapi dalam Bertanam Padi
1.    Air
Air diperlukan untuk pengolahan dan dalam penanaman padi di sawah adakalanya perlu pengaturan air secara baik. Saat tertentu air dimasukkan, tetapi saat lainnya air justru perlu ditambah. Pengaliran air secara terus menerus dari satu petakan ke petakan lain atau penggenangan dalam petakan sawah secara terus-menerus selain boros air juga berakibat kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman. Tetapi sebaliknya itu pengairan terlalu sedikit biasanya gulma akan tumbuh pesat dan produksi padi akan berkurang dan pemasukan air sangat penting pada masa-masa berikut:
a.    Awal tanam
Seperti yang sudah dilakukan pada saat penanaman, air diberikan setinggi 2-5 cm dan permukaan tanah.

b.    Pembentukan anakan (pertunasan)
Dalam masa ini air dipertahankan setinggi 3-5 cm pemberian air lebih dari 5 cm dapat menghambat pembenihan anakan (tunas)
c.    Pembentukan tunas bulir (primordia) atau tanaman padi bunling
Air sangat dibutuhkan pada pembentukan calon. Calon bulir ini air dimasukkan setinggi 10 cm. Kekurangan air pada saat pembentukan akan mengakibatkan pembentukan anak (tunas) karena kekurangan air dapat menghambat pembentukan malai, pembuahan dan pembuangan yang dapat berakibat fatal yakni bulir padi yang dihasilkan hampa.
d.    Pembungaan
Pada masa ini kebutuhan air mencapai puncaknya. Muka air dijaga setinggi 5-10 cm akibat kekurangan air juga dapat menyebabkan hampanya bulir padi tetapi bila tanaman padi telah mengeluarkan bunga, petakan untuk beberapa saat perlu dikeringkan agar terjadi pembungaan yang serempak.
Air yang diberikan dalam jumlah cukup sebenarnya bermanfaat juga untuk mencegah pertumbuhan gulma, menghalau wereng yang bersembunyi di batang padi sehingga lebih mudah disemprot dengan pestisida, serta mengurangi serangan tikus-tikus.
2.    Pengeluaran air
Ada saat-saat tanaman padi tak perlu diberikan air, untuk itu petakan sawah dikeringkan pada waktu-waktu berikut:
a.    Sebelum tanaman bunting
Gunanya untuk mencegah anakan tanaman tidak mengeluarkan bulir.
b.    Awal pembungaan
Gunanya untuk membuat tanaman berbunga serempak.
c.    Awal pemasakan biji
Air perlu dikeringkan saat ini untuk menyeragamkan dan mempercepat pematangan padi.
Tindakan pengeringan ini juga bermanfaat untuk memperbaiki aerosi tanah, memacu pertumbuhan anakan merangsang pembuangan dan mengurangi terjadinya serangan busuk akar.
3.    Pemupukan
Pada penanaman padi di sawah, dosis pemupukan pada sawah tergantung pada jenis tanah, sejarah pemupukan dan varietas padi yang ditanam pada lokasi tersebut. Tetapi kendala pemupukan biasanya dialami petani karena petani biasanya pupuk diberikan pada dosis yang tidak sesuai. Pupuk diberikan 2 atau 3 kali selama musim tanam. Pupuk adalah bahan yang mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan unsur yang paling penting dan harus tersedia adalah unsur N.P.K. Dosis pemupukan urea biasanya diberikan sepertiga bagian pada pemupukan pertama dan kedua pertiga bagian pada pemupukan kedua. Pupuk TSP dab KC biasanya diberikan sekaligus bersamaan dengan pemupukan urea pertama.
Sewaktu melakukan pemupukan sebaiknya saluran pemasukan dan pembuangan air ditutup terlebih dahulu. Petakan sawah berada dalam kondisi berair, pupuk disebar merata pada permukaan tahan. Hati-hati sewaktu menyebar pupuk agar tidak mengenai daun tanaman karena dapat mengakibatkan daun terbakar.
4.    Pengendalian hama dan penyakit
Hama penyakit padi sawah biasanya rentan terhadap serangan hama dan penyakit di dalam tanaman padi sawah ada beberapa hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman padi dan hama yang cukup mengganggu antara lain walang sangit, ganjur, penggerek padi, wereng, tikus dan burung. Adapun penyakit yang sering menyerang tanaman padi adalah hawar daun, bercak bakteri, hawar pelepah, busuk batang, bercak cokelat, blasi, tungro, kerdil hampa dan kerdil rumput.
Dahulu petani sering melakukan tindakan gampang untuk memberantas hama dan penyakit yaitu dengan penyemprotan pestisida. Namun cara ini tidak dianjurkan karena pestisida dapat mencemari air irigasi atau sumber air di sekitarnya dan banyak jensi hama dan penyakit yang rentan atau tak mempan lagi disemprot.
Pengendalian hama dan penyakit (PHT) merupakan sistem pengelolaan populasi hama dengan menggunakan seluruh teknik yang cocok dalam suatu cara yang terpadu untuk mengurangi populasi hama dan penyakit serta mempertahankannya pada tingkat di bawah jumlah yang dapat menimbulkan kerugian.
5.    Panen
Bagi petani panen padi merupakan soal yang paling dinanti-nanti. Panen merupakan saat petani merasakan keberhasilan dari jerih payah menanam dan merawat tanaman.
a.    Saat panen
Padi perlu dipanen pada saat yang tepat untuk mencegah kemungkinan mendapatkan gabah berkualitas rendah yang masih banyak mengandung butir hijau dan butir kapur. Padi yang dipanen mudah jika digiling akan menghasilkan beras pecah. Saat panen padi dapat dipengaruhi oleh musim tanam. Pemeliharaan tanaman dan pertumbuhan, serta tergantung pula pada jenisnya. Secara umum padi dipanen saat berumur 80-110 hari apabila tanaman padi menunjukkan ciri-ciri berikut berarti tanaman sudah siap dipanen:
-    Bulir-bulir padi dan daun bendera sudah menguning.
-    Tangkai menunduk karena sarat menanggung butir-butir padi atau gabah yang bertambah berat.
-    Butir padi bila ditekan terasa keras dan berisi, jiak dikupas tidak berwarna kehijauan atau putih agak lembek seperti kapur.

b.    Cara panen
Alat panen yang tepat penting agar panen menjadi mudah dilakukan biasanya padi dipanen dengan ani-ani atau sabit.
Ani-ani umumnya digunakan untuk memanen jenis padi yang sulit rontok sehingga dipanen beserta tangkainya, contohnya jenis padi bulu. Namun, alat ini tidak cocok digunakan untuk penanaman padi sawah.
Sabit digunakan untuk memanen padi yang mudah rontok, misalnya padi coreh. Namun, karena alat ini dapat memungut hasil lebih cepat serta lebih gampang memotong batang padi maka alat ini kini lebih banyak digunakan untuk panen.
c.    Perontokan
Perontokan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin perintih tresher, atau menggunakan perontok kaki pedal tresher. Selain itu perontokkan secara sederhana dapat dilakukan dengan memukulkan batangan padi ke kayu atau “kotak gebuk” dimana sebelumnya dihamparkan plastik untuk menampung butir padi yang berhamburan.
d.    Pengeringan
Tujuan utama pengeringan ialah untuk menurunkan kadar air gabah dapat tahan lama disimpan. Selain itu gabah yang masih basah sulit diproses menjadi beras dengan baik.
Bulir- bulir gabah daapt dijemur dengan cara dihamparkan di atas lantai semen yang bersih dapat pula dihamparkan di atas plastik. Dalam cuaca panas, sinar matahari mampu mengeringkan gabah dalam waktu 2-3 hari.
e.    Pemisahan kulit gabah
Tahap terakhir usaha bertanam padi ialah menghasilkan beras yang dapat ditanak menjadi nasi sebagai makanan pokok.
Mula-mula gabah yang sudah dikeringkan perlu dipisahkan dengan gabah hampa atau kotoran yang mungkin terbawa selama perontokan atau pengeringan, caranya dapat dengan ditampi.
Pemisahan kulit gabah dapat dilakukan dengan huller atau mesin, cara ini praktis dan cepat. Namun untuk daerah yang tidak memiliki huller, pemisahan dapat dilakukan dengan penumbuhan padi menggunakan alu dan lumpang.
6.    Sentra Produksi
Pada tanaman padi sawah ini sangat luas daerah sentra produksinya diantaranya di daerah Jawa dan Sumatera. Hal ini karena padi adalah bahan dasar untuk beras dan nasi yang merupakan bahan makanan utama masyarakat Indonesia yang mengandung karbohidrat tinggi walaupun tidak semua daerah makanan pokoknya berupa beras atau nasi.

Rabu, 16 Januari 2013

PUPUK ORGANIK

Macam - macam pupuk organik

Dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemui berbagai jenis pupuk organik yang dapat menjadikan tanah menjadi subur. Diantara jenis pupuk organik antara lain:

1. Pupuk hijau

Pupuk hijau adalah pupuk yang terdiri dari daun-daunan yang mudah membusuk dalam tanah.
Daun-daunan dapat langsung dimasukkan ke dalam tanah sebagai pupuk hijau. Unsur hara yang terdapat pupuk hijau misalnya: N, P, K, dan unsur lainnya. Contoh pupuk hijau yang mudah didapat adalah sisa hasil pertanian. Sisa hasil pertanian banyak mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman. Pengembalian sisa tanaman diperlukan untuk mengembalikan unsur-unsur yang diambil tanaman unutk pertumbuhannya kembali lagi ke lahan pertanian. Upaya ini untuk menjaga kesuburan tanah.

Pengembalian sisa tanaman perlu memperhatikan agar proses peruraian bahan organik tidak mengganggu tanaman musim tanam berikutnya. Penanaman tanaman sebaiknya menunggu proses peruraian sempurna. Pada saat proses peruraian bahan organik jika terdapat tanaman bisa menyebabkan tanaman sakit. Perlu diperhatikan agar proses peruraian bahan organik tidak mengganggu kesehatan tanaman. Proses peruraian bahan organik tergantung jenis bahan/sisa tanaman.

2. Pupuk Kompos

Kompos adalah peruraian bahan organik oleh jasad renik (mikrobia). Pemberian kompos tidak hanya memperkaya unsur hara bagi tanamn, namun juga berperanan dalam memperbaiki struktur tanah, tata udara dan air dalam tanah, mengikat unsur hara dan memberikan makanan bagi jasad renik yang ada dalam tanah sehingga meningkatkan peran mikrobia dalam menjaga kesuburan tanah.

3. Pupuk kandang

Pupuk kandang merupakan pilihan pupuk organik yang bisa dimanfaatkan. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang tersebut tergantung dari jenis ternak dan makanan ternak yang diberikan, air yang diminum, umur ternak, dll. Hindarkan pemakaian pupuk kandang yang masih baru, sebab pupuk kandang yang masih baru belum masak benar, dan suhunya masih tinggi.

4. Pupuk cair

Banyaknya kandungan unsur hara yang ada di dalam lahan pertanian yang ada di lahan saudara dapat dilihat secara sederhana dari penampakan warna tanaman di lahan saudara. Misalnya ada tanaman yang kelihatan hijau sementara yang lainnya terlihat kekuningan. Tanaman hijau menggambarkan bahwa tanah tersebut mempunyai cukup unsur hara. Sedangkan tanaman yang berwarna kuning biasanya menunjukkan bahwa tanah tersebut tidak cukup mempunyai unsur hara.

Untuk memudahkan unsur hara dapat diserap tanah dan tanaman bahan organik dapat dibuat menjadi pupuk cair terlebih dahulu. Pupuk cair menyediakan nitrogen dan unsur mineral lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, seperti halnya pupuk nitrogen kimia. Kehidupan binatang di dalam tanah juga terpacu dengan penggunaan pupuk cair. Pupuk cair tersebut dapat dibuat dari kotoran hewan yang masih baru. Kotoran hewan yang dapat digunakan misalnya kotoran kambing, domba, kelinci atau ternak lainnya.

5. Pupuk daun

Pupuk daun akan menjadikan tanaman lebih baik dan sehat. Pemberian pupuk daun diberikan melalui pencampuran pupuk dengan tanah agar diserap melalui akar.

Banyak petani menanam tanaman yang lebih sehat dengan pemakaian pupuk. Pupuk memberi makan pada tanaman dalam bentuk hara untuk membuat tanaman lebih kuat. Biasanya pupuk dicampur dengan tanah dan di serap tanaman melalui perakaran. Pupuk daun masuk ke dalam tanaman melalui lubang-lubang kecil pada daun yang disebut mulut daun (stomata). Lubang-lubang ini membuka dan menutup dan begitu kecil, sehingga kita tidak dapat melihatnya

Tanaman bernapas melalui lubang-lubang kecil tersebut. Lubang-lubang kecil tersebut juga digunakan tanaman untuk mengambil unsur hara dari udara. Mulut daun ini biasanya terbuka sepanjang malam sampai pagi hari, dan tertutup pada tengah hari untuk menjaga kelembaban.

Mungkin kita sering menggunakan pupuk daun sebagai penambah unsur hara bagi tanaman agar tumbuh lebih sehat dan kuat dan tumbuh lebih cepat sehingga mampu melawan hama dan penyakit.

Pupuk daun biasanya dibuat dari bahan yang mengandung hara yang diperlukan tanaman seperti besi, belerang, nitrogen dan kalium. Pemberian hara tambahan ini pada tanaman akan membantunya tumbuh lebih kuat dan lebih sehat.

Pupuk daun dapat dibuat dari tanaman-tanamn lokal yang ada di sekitar kita yang mengandung unsur-unsur besi, belerang, nitrogen dan kalium. Tanaman tersebut misalnya sejenis Solanum nigrum/terung leuca.

6. Bokashi

Bokashi adalah salah satu cara untuk membuat pupuk organik yang juga mudah dilakukan. beberapa jenis bokashi antara lain :

PUPUK KIMIA

JENIS PUPUK KIMIA

selama ini para petani Indonesia, dengan sadar atau tanpa sadar telah menjadi kecanduan dengan pupuk kimia yang setiap tahun harganya naik, dan tentu saja semakin lama ini akan semakin memberatkan para petani, yang akhirnya para petani setiap tahun selalu merugi karena biaya lebih besar daripada hasil.
karena dengan pemupukan kimia yang mahal tersebut, maka pemupukan menjadi disesuaikan dengan kemampuan petani untuk membelinya, yang terkadang pemupukan tersebut tidak sesuai dengan yang dibutuhkan, sehingga unsur hara yang dkembalikan ke tanah dengan yang diambil oleh tanaman untuk tumbuh menjadi tidak seimbang, sehingga unsur hara tanah semakin berkurang, dan menyebabkan hasil panen setiap tahun menurun.

beberapa jenis pupuk kimia yang sering digunakan oleh para petani indonesia adalah

1. urea

urea adalah merupakan suatu senyawa hasil reaksi amoniak (NH3) dengan karbon dioksida (CO2), urea yang memiliki rumus kimia CON2H4 atau (NH2)2CO adalah pupuk yang setelah di tanah maka Nitrogen yang terkandung dalam urea ini akan diuraikan oleh Azotobacter chroococcum, Clostridium pasteurianum, Rhodospirillum rubrum menjadi senyawa nitrogen yang dibutuhkan tanaman.
dalam praktik dilapangan, Nitrogen ini dapat pula didapatkan dari kotoran hewan yang banyak mengandung amoniak, seperti kotoran domba dan kelinci. dipasaran urea ini mengandung 46% Nitrogen.

2. TSP

TSP (Trisodium phosphate) dengan rumus kimia Na3PO4, merupakan penyedia Natrium dan Phosphate. dipasaran untuk pupuk pertanian berbentuk butiran butiran keras berwarna abu-abu.

3. KCl

KCl (Kalium chlorida / Potassium Chlorida) , merupakan penyedia Kalium, yang berguna untuk percepatan pembentukan akar, dipasaran untuk pertanian berbentuk butiran-butiran kecil berwarna merah.

4. NPK

NPK biasanya digunakan untuk penyebutan terhadapa pupuk yang telah mengandung unsur-unsur Nitrogen, Phosphate dan Kalium.

5. ZA

ZA (sulpate ammonium) merupakan asam inorganik, dengan rumus kimia (NH4)2SO4, yang mengandung 21% nitrogen, 24% sulpate. berfungsi hampir sama dengan urea yaitu penyedia nitrogen, namun dengan kandungan yang lebih kecil.


Kelebihan dan kekurangan pupuk kimia

kelebihan
1. unsur yang terkandung cepat terurai
2. lebih cepat terserap oleh tumbuhan
3. pemupukan relatif mudah dilakukan
4. pemupukan intensif untuk tumbuhan lebih mudah, karena pupuk kimia telah dikonsentrasikan pada jenis unsur tertentu

kekurangan
1. karena cepat terurai di alam, sehingga untuk mendapatkan efisiensi pemupukan yang optimal harus dengan dosis yang tepat
2. waktu pemupukan harus sering karena pupuk tidak tersimpan lama dalam media tanam
3. ketersediaan pupuk tergantung pihak lain, misal pabrik dan distributor
4. harga relatif tinggi
5. dapat menyebabkan ketidak seimbangan unsur hara dalam tanah karena pemupukan yang tidak berimbang
6. dalam pemakaian jangka panjang dapat menurunkan PH tanah

Jumat, 04 Januari 2013

MEMANEN PADI


Saat berpikir untuk menuliskan artikel ini sebenarnya terlintas untuk mengurungkan niat, tetapi entah dorongan apa sehingga akhirnya tetap berlanjut untuk mengungkap fakta yang benar-benar terjadi di kalangan masyarakat bawah ini. Fakta ini mengungkapkan bahwa korupsi di masyarakat Indonesia benar-benar telah mengakar termasuk sampai pada kelompok marjinal sekali pun yakni pada kelompok masyarakat petani buruh.

Sebelumnya perlu diceritakan terlebih dahulu bahwa dengan semakin banyaknya jumlah penduduk khususnya di pulau Jawa, maka lahan pertanian semakin menyusut baik karena terkikis untuk wilayah hunian maupun karena alasan lain. Sementara itu para pemilik tanah sawah banyak yang tergoda untuk melepas kepemilikannya mungkin karena alasan memenuhi kebutuhan lain atau karena sudah tidak ada lagi orang yang diserahi tanggung jawab menggarap sawah tersebut. Pada sisi lain jumlah rakyat miskin di pedesaan semakin bertambah dan keterbatasan pilihan pekerjaan memaksa sebagian mereka untuk bekerja sebagai petani buruh.


Tanaman padi di sawah siap panen.

Mereka memiliki pencaharian sebagai petani namun bukan pada tanah sawah mereka sendiri. Penghasilan mereka tergantung dari para pemilik sawah yang meminta mereka bekerja dengan sistem upah bayaran atau dengan model bagi hasil. Mengingat keterbatasan modal, maka lebih banyak lagi para petani buruh yang bekerja dengan sistem upah. Mereka tidak mampu untuk menyediakan modal apabila ingin sistem bagi hasil untuk penyediaan bibit dan tenaga mengolah tanah, terlebih lagi hasil yang diperoleh baru akan diterima saat panen tiba. Terlebih lagi saat ini panen padi pun tidak selalu berhasil atau memberikan hasil yang berlimpah karena seringkali ada musibah berupa pergantian musim yang tidak tentu atau karena serangan hama.

Para pemilik sawah kebanyakan menggarap sawah dengan model dikelola sendiri. Untuk pengolahan tanah dengan cara dibajak mereka dapat meminta petani buruh untuk mengolah dengan cangkul. Saat ini juga banyak yang melakukan pengolahan tanah dengan menggunakan traktor sewaan. Selanjutnya pemilik sawah menyediakan bibit dan pupuk sendiri. Petani buruh kembali melakukan tugas penyemaian bibit dan penanaman. Untuk perawatan terkadang pemilik melakukan sendiri misal tugas penyiangan dan pemupukan. Selanjutnya pada saat panen, pemiliki kembali meminta petani buruh untuk bertugas memanen hasil padinya. Bayaran yang diberikan pada petani buruh ini berupa uang harian tetapi juga ada yang diperhitungkan dari hasil padi yang diperoleh nanti pada saat panen.

Aktivitas pemanenan padi di sawah.



Pemanenan ini umumnya dilakukan secara berkelompok oleh beberapa orang. Kalau jaman dahulu pemanenan padi dilakukan dengan pemetikan tangkai padi menggunakan ani-ani. Saat ini sudah berbeda, batangan rumpun padi dipangkas dengan sabit dan kemudian dengan tangan rangkaian rumpun tadi dipukul-pukulkan ke wadah bambu. Wadah yang berupa meja dari bambu yang disusun renggang, memungkinkan biji padi rontok dari tangkainya dan terkumpul di alas di bagian bawah meja. Rumpun padi yang telah bersih ini selanjutnya dibuang untuk diambil oleh para peternak guna makanan sapi. Dalam kelompok ini tentu saja akan ada pembagian tugas meliputi orang yang memotong rumpun padi, ada yang merontokkan bulir-bulir padi serta mengumpulkan hasil rontokan.

Proses perontokan mestinya melepaskan butiran gabah dari tangkai padi semaksimal mungkin, sehingga rumpun jerami tidak menyisakan butiran padi pada tangkainya. Namun dalam prakteknya akan selalu menyisakan butiran gabah yang tidak terlepas saat dipukul-pukulkan ke meja perontok. Kalau jaman dahulu seringkali para peternak bebek menggembalakan ternak bebeknya ke lokasi panen padi untuk mencari ceceran butiran padi yang rontok. Saat ini pemanfaatan butiran padi yang tersisa ini selanjutnya menarik orang lain untuk mengumpulkan butiran itu secara manual. Mereka mengumpulkan butiran ini dengan jalan mencari sisa-sisa butiran gabah yang tertinggal. Kegiatan mengumpulkan sisa-sisa butiran inilah yang dikenal dengan istilah rinso kalau di daerah Banyumas. Istilah ini mungkin muncul terkait dengan merek suatu pembersih yang dikaitkan dengan kegiatan membersihkan sisa-sisa gabah. Kalau di tempat lain ada yang menyebut aktivitas tersebut dengan istilah yang lain.

Dalam perkembangannya seringkali orang-orang yang datang merinso ini adalah seringkali isteri atau kerabat orang yang melakukan panen dan perontokan padi ini. Dari sini kemudian berkembang ulah yang cenderung negatif yakni para perontok tidak melakukan semaksimal mungkin tetapi masih menyisakan butiran padi di rumpun yang dibuang. Hal ini tentu saja akan dimanfaatkan untuk diambil oleh para perinso di lokasi itu. Dengan demikian hasil butiran gabah hasil rinso ini akan bertambah banyak. Ulah seperti ini tentu saja menjadi kurang fair dan dapat dikatakan sebagai kegiatan korupsi tingkat kecil. Dari keluhan pemilik sawah kadang menyampaikan bahwa hasil dari para perinso ini sering tidak masuk akal karena dapat memperoleh butiran gabah yang cukup banyak.

Adanya praktek perinsoan ini tentu saja membuat pemilik sawah untuk memikirkan kembali cara memanen hasil sawah mereka. Panen padi kalau dilakukan dengan menggunakan ani-ani mungkin saat ini sudah bukan lagi jadi pilihan karena diperlukan tenaga yang banyak serta waktu lebih lama. Untuk pemanenan secara modern sebenarnya sangat dimungkinkan yakni dengan menggunakan traktor untuk memanen. Traktor ini bekerja dengan memotong tangkai padi dan secara otomatis akan merontokkan butiran padi di dalam ruangan traktor yang tersedia. Proses yang dilakukan pun bisa secara cepat sehingga luas sawah yang sangat besar dapat ditangani dengan cepat. Namun hal ini sepertinya kurang tepat kalau diterapkan di Indonesia. Pola mekanisasi dengan menggunakan traktor ini jelas bertentangan dengan sistem padat karya yang diperlukan untuk memberi lapangan kerja bagi petani buruh. Dengan demikian sistem panen dengan menggunakan petani buruh untuk memotong dan menggepyok rumpun padi masih menjadi pilihan terbaik.

Saat ini banyak pemilik sawah yang mungkin karena alasan sawah yang dimilikinya tidak terlalu besar maka mereka akan memanen sendiri dengan melibatkan anggota keluarga sendiri. Kalau sudah seperti ini tentu saja para petani buruh akan kehilangan kesempatan untuk bekerja dan memperoleh penghasilan.

Keberatan para pemilik tanah dengan adanya praktek perinsoan ini mestinya dapat diatasi dengan upaya pemecahan yang win-win solution. Langkah yang jelas manusiawi adalah dengan menaikkan upah bagi tenaga pemanen atau jika dilakukan dengan sistem bagi hasil mungkin porsi pembagian agar ditambah sehingga mereka dapat memperoleh bagian lebih adil. Kesadaran dari pemilik sawah ini tentunya kemudian harus dibalas dengan perlakuan kerja memanen sebaik-baiknya dari para petani buruh ini. Bahkan jika perlu ada orang yang melakukan tugas tambahan untuk merinso tetapi hasil rinsoannya bukan untuk kepentingan sendiri tetapi digabungkan dengan hasil panenan tetap untuk pemilik sawah.

Saya kira dengan langkah seperti ini, para pemilik sawah akan ikhlas memberikan upah dan bagi hasil yang lebih besar bagi para petani buruh. Sementara para petani buruh dan keluarganya tetap akan mendapatkan rejeki yang halal dan barokah.

Sebagai penutup memang saya akui bahwa tulisan ini relatif hanya teori dan mungkin akan ada orang yang menyebut saya hanya omdo alias omong doang. Komentar seperti korupsi yang besar-besaran tidak pernah diungkit-ungkit tetapi korupsi oleh rakyat kecil seperti petani buruh yang merinso ini malah dibesar-besarkan. Hal ini memang tetap perlu diungkapkan walaupun pahit karena budaya seperti ini sudah tidak benar dan bahkan cenderung dapat meluas menjadi penyakit sosial yang parah.

Semoga bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadi renungan kita bersama untuk mencapi kesejahteraan bersama.

Makalah Pertanian Tentang Padi Sawah



  PADI SAWAH



Padi (oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang vital bagi rakyat Indonesia. Menanam padi sawah sudah mendarah daging bagi sebagian besar petani di Indonesia. Mulanya kegiatan ini banyak diusahakan di pulau Jawa. Namun, saat ini hampir seluruh daerah di Indonesia sudah tidak asing lagi dengan kegiatan menanam padi di sawah.
Sistem penanaman padi di sawah biasanya didahului oleh pengolahan tanah secara sempurna seraya petani melakukan persemaian. Mula-mula sawah dibajak, pembajakan dapat dilakukan dengan mesin, kerbau atau melalui pencangkulan oleh manusia. Setelah dibajak, tanah dibiarkan selama 2-3 hari. Namun di beberapa tempat, tanah dapat dibiarkan sampai 15 hari. Selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk kedua kalinya atau bahkan ketiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam. Setelah itu bibit hasil semaian ditanam dengan cara pengolahan sawah seperti di atas (yang sering disebut pengolahan tanah sempurna, intensif atau konvensional) banyak kelemahan yang timbul penggunaan air di sawah amatlah boros. Padahal ketersediaan air semakin terbatas. Selain itu pembajakan dan pelumpuran tanah yang biasa dilakukan oleh petani ternyata menyebabkan banyak butir-butir tanah halus dan unsur hara terbawa air irigasi. Hal ini kurang baik dari segi konservasi lingkungan.
Padi merupakan tanaman yang membutuhkan air cukup banyak untuk hidupnya. Memang tanaman ini tergolong semi aquatis yang cocok ditanam di lokasi tergenang. Biasanya padi ditanam di sawah yang menyediakan kebutuhan air cukup untuk pertumbuhannya. Meskipun demikian, padi juga dapat diusahakan di lahan kering atau ladang. Istilahnya adalah padi gogo. Namun kebutuhan airnya harus terpenuhi. Oleh karena itu ada beberapa sistem budidaya yang dikenal di Indonesia, di antaranya

1. Bertanam padi di sawah tadah hujan
Dalam mengusahakan padi di sawah, soal yang terpenting adalah bidang tanah yang ditanami harus dapat:
- Menanam air sehingga tanah itu dapat digenangi air.
- Mudah memperoleh dan melepaskan air.
Pematang atau galengan memegang peranan yang sangat penting, karena dalam sistem bertanam padi di sawah tadah hujan ini, pematang atau galengan ini harus kuat dan dirawat, karena bertanam padi di sawah tadah hujan memerlukan air, sehingga dengan galengan-galengan sawah ini air dapat bertanam di petakan sawah. Dan padi dengan sistem penanaman tadah hujan ini tidak dapat ditanam pada tanah yang datar.
Penggarapan bertanam padi di sawah tadah hujan ini digarap secara “basahan” yaitu menunggu sampai musim hujan tiba dan dalam proses penanaman padi ini memakai bibit persemaian. Tetapi seringkali bibit sudah terlalu tua baru dapat ditanam karena jatuhnya hujan terlambat. Dalam penanaman padi sawah tadah hujan ini untuk menanam dan selama hidupnya membutuhkan air hujan cukup. Hal ini membawa resiko yang besar sekali karena musim hujan kadang datang terlambat, sementara padi sawah tadah hujan membutuhkan air hujan yang cukup. Maka seringkali terjadi puluhan ribu hektar tidak menghasilkan sama sekali atau hasilnya rendah akibat air hujan yang tidak mencukupi.
2. Bertanam Padi Gogo Rancah (lahan kering)
Dalam mengusahakan padi di lahan kering atau ladang atau biasa disebut padi gogo ini, relatif lebih mudah dibandingkan dengan padi sawah tadah hujan. Dalam sistem penggarapan padi di lahan kering atau ladang ini biasa dikerjakan sebelum musim penghujan tiba. Sementara dalam proses pembibitan atau penanamannya, padi gogo rancah ini tidak memerlukan persemaian, sehingga benih dapat langsung ditanam di sawah sebelum atau pada permulaan musim hujan sehingga tidak ada resiko bibit menjadi terlalu tua.
Padi gogo rancah ini tidak banyak memerlukan air hujan, pada permulaan selama 30 atau 40 hari. Hidup padi ini keringan bahkan bila kebanyakan air hujan, maka air tersebut harus dibuang. Sesudah itu bilamana air hujan cukup, maka padi gogo rancah ini dapat dijadikan padi sawah biasa. Tetapi kalau tidak ada hujan, dapat hidup kekeringan, maka resiko mati sangat kecil.
3. Bertanam Padi Sawah Tanpa Olah Tanah (TOT)
Meskipun disebut bertanam padi sawah ini tanpa olah tanah tetapi tidak berarti bahwa tak ada persiapan sama sekali. Sistem ini masih merupakan bagian pengolahan tanah konservasi yang melibatkan perbedaan mendasar dengan penanaman padi biasa. Pembajakan dan pencangkulan di dalam sistem TOT ini tidak ada dan dalam sistem TOT ini dilakukan penyemprotan herbisida terhadap sisa tanaman padi (singgang) atau gulma yang tumbuh.
Secara umum kegiatan bertanam padi sawah tanpa olah tanah ini dapat diartikan sebagai penanaman padi di lahan sawah yang persiapan lahannya tanpa pengolahan tanah dan pelumpuran, tetapi cukup dengan bantuan herbisida dalam mengendalikan gulma dan singgangnya. Tanaman padi ini dapat tumbuh seperti pada lahan yang diolah biasa. Hal ini disebabkan karena singgang dan gulma yang membusuk akan melonggarkan tanah sehingga akar padi dapat berkembang dengan mudah dan tanaman padi dapat tumbuh seperti biasa. Bibit padi dari persemaian dapat langsung ditanam pada tanah tanpa olah yang sudah lunak karena digenang terlebih dahulu. Dapat juga benih ditebarkan langsung (tabela) atau ditabur dalam air yang sudah disediakan.
Keuntungan menanam padi dengan sistem Tanpa Olah Tanam (TOT).
a. Kualitas pertumbuhan tanaman dan hasil panen tidak berbeda dengan penanaman padi biasa.
b. Menghemat biaya persiapan lahan 40% yang juga mengurangi biaya produksi.
c. Menghemat waktu musim tanam sampai 1 bulan, artinya jumlah penanaman dalam satu tahun air ditingkatkan.
d. Mengurangi pemakaian air lebih dari 20%
e. Mempermudah kemungkinan penanaman secara serempak sehingga konsep pengendalian hama terpadu (PHT) padi sawah dapat diterapkan dan baik.
f. Melestarikan kesuburan tanah, mengurani pencucian unsur hara dan jumlah sendimen terangkut.
g. Mengurangi pencemaran perairan dan pendangkalan saluran air atau sungai.
h. Mengurangi emisi metan sampai 40%.
i. Memungkinkan peningkatan luas sawah garapan.
j. Memberikan keuntungan bagi petani yang berarti membantu meningkatkan kualitas hidupnya.
Kendala-kendala yang Dihadapi dalam Bertanam Padi
1. Air
Air diperlukan untuk pengolahan dan dalam penanaman padi di sawah adakalanya perlu pengaturan air secara baik. Saat tertentu air dimasukkan, tetapi saat lainnya air justru perlu ditambah. Pengaliran air secara terus menerus dari satu petakan ke petakan lain atau penggenangan dalam petakan sawah secara terus-menerus selain boros air juga berakibat kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman. Tetapi sebaliknya itu pengairan terlalu sedikit biasanya gulma akan tumbuh pesat dan produksi padi akan berkurang dan pemasukan air sangat penting pada masa-masa berikut:
a. Awal tanam
Seperti yang sudah dilakukan pada saat penanaman, air diberikan setinggi 2-5 cm dan permukaan tanah.

b. Pembentukan anakan (pertunasan)
Dalam masa ini air dipertahankan setinggi 3-5 cm pemberian air lebih dari 5 cm dapat menghambat pembenihan anakan (tunas)
c. Pembentukan tunas bulir (primordia) atau tanaman padi bunling
Air sangat dibutuhkan pada pembentukan calon. Calon bulir ini air dimasukkan setinggi 10 cm. Kekurangan air pada saat pembentukan akan mengakibatkan pembentukan anak (tunas) karena kekurangan air dapat menghambat pembentukan malai, pembuahan dan pembuangan yang dapat berakibat fatal yakni bulir padi yang dihasilkan hampa.
d. Pembungaan
Pada masa ini kebutuhan air mencapai puncaknya. Muka air dijaga setinggi 5-10 cm akibat kekurangan air juga dapat menyebabkan hampanya bulir padi tetapi bila tanaman padi telah mengeluarkan bunga, petakan untuk beberapa saat perlu dikeringkan agar terjadi pembungaan yang serempak.
Air yang diberikan dalam jumlah cukup sebenarnya bermanfaat juga untuk mencegah pertumbuhan gulma, menghalau wereng yang bersembunyi di batang padi sehingga lebih mudah disemprot dengan pestisida, serta mengurangi serangan tikus-tikus.
2. Pengeluaran air
Ada saat-saat tanaman padi tak perlu diberikan air, untuk itu petakan sawah dikeringkan pada waktu-waktu berikut:
a. Sebelum tanaman bunting
Gunanya untuk mencegah anakan tanaman tidak mengeluarkan bulir.
b. Awal pembungaan
Gunanya untuk membuat tanaman berbunga serempak.
c. Awal pemasakan biji
Air perlu dikeringkan saat ini untuk menyeragamkan dan mempercepat pematangan padi.
Tindakan pengeringan ini juga bermanfaat untuk memperbaiki aerosi tanah, memacu pertumbuhan anakan merangsang pembuangan dan mengurangi terjadinya serangan busuk akar.
3. Pemupukan
Pada penanaman padi di sawah, dosis pemupukan pada sawah tergantung pada jenis tanah, sejarah pemupukan dan varietas padi yang ditanam pada lokasi tersebut. Tetapi kendala pemupukan biasanya dialami petani karena petani biasanya pupuk diberikan pada dosis yang tidak sesuai. Pupuk diberikan 2 atau 3 kali selama musim tanam. Pupuk adalah bahan yang mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan unsur yang paling penting dan harus tersedia adalah unsur N.P.K. Dosis pemupukan urea biasanya diberikan sepertiga bagian pada pemupukan pertama dan kedua pertiga bagian pada pemupukan kedua. Pupuk TSP dab KC biasanya diberikan sekaligus bersamaan dengan pemupukan urea pertama.
Sewaktu melakukan pemupukan sebaiknya saluran pemasukan dan pembuangan air ditutup terlebih dahulu. Petakan sawah berada dalam kondisi berair, pupuk disebar merata pada permukaan tahan. Hati-hati sewaktu menyebar pupuk agar tidak mengenai daun tanaman karena dapat mengakibatkan daun terbakar.
4. Pengendalian hama dan penyakit
Hama penyakit padi sawah biasanya rentan terhadap serangan hama dan penyakit di dalam tanaman padi sawah ada beberapa hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman padi dan hama yang cukup mengganggu antara lain walang sangit, ganjur, penggerek padi, wereng, tikus dan burung. Adapun penyakit yang sering menyerang tanaman padi adalah hawar daun, bercak bakteri, hawar pelepah, busuk batang, bercak cokelat, blasi, tungro, kerdil hampa dan kerdil rumput.
Dahulu petani sering melakukan tindakan gampang untuk memberantas hama dan penyakit yaitu dengan penyemprotan pestisida. Namun cara ini tidak dianjurkan karena pestisida dapat mencemari air irigasi atau sumber air di sekitarnya dan banyak jensi hama dan penyakit yang rentan atau tak mempan lagi disemprot.
Pengendalian hama dan penyakit (PHT) merupakan sistem pengelolaan populasi hama dengan menggunakan seluruh teknik yang cocok dalam suatu cara yang terpadu untuk mengurangi populasi hama dan penyakit serta mempertahankannya pada tingkat di bawah jumlah yang dapat menimbulkan kerugian.
5. Panen
Bagi petani panen padi merupakan soal yang paling dinanti-nanti. Panen merupakan saat petani merasakan keberhasilan dari jerih payah menanam dan merawat tanaman.
a. Saat panen
Padi perlu dipanen pada saat yang tepat untuk mencegah kemungkinan mendapatkan gabah berkualitas rendah yang masih banyak mengandung butir hijau dan butir kapur. Padi yang dipanen mudah jika digiling akan menghasilkan beras pecah. Saat panen padi dapat dipengaruhi oleh musim tanam. Pemeliharaan tanaman dan pertumbuhan, serta tergantung pula pada jenisnya. Secara umum padi dipanen saat berumur 80-110 hari apabila tanaman padi menunjukkan ciri-ciri berikut berarti tanaman sudah siap dipanen:
- Bulir-bulir padi dan daun bendera sudah menguning.
- Tangkai menunduk karena sarat menanggung butir-butir padi atau gabah yang bertambah berat.
- Butir padi bila ditekan terasa keras dan berisi, jiak dikupas tidak berwarna kehijauan atau putih agak lembek seperti kapur.

b. Cara panen
Alat panen yang tepat penting agar panen menjadi mudah dilakukan biasanya padi dipanen dengan ani-ani atau sabit.
Ani-ani umumnya digunakan untuk memanen jenis padi yang sulit rontok sehingga dipanen beserta tangkainya, contohnya jenis padi bulu. Namun, alat ini tidak cocok digunakan untuk penanaman padi sawah.
Sabit digunakan untuk memanen padi yang mudah rontok, misalnya padi coreh. Namun, karena alat ini dapat memungut hasil lebih cepat serta lebih gampang memotong batang padi maka alat ini kini lebih banyak digunakan untuk panen.
c. Perontokan
Perontokan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin perintih tresher, atau menggunakan perontok kaki pedal tresher. Selain itu perontokkan secara sederhana dapat dilakukan dengan memukulkan batangan padi ke kayu atau “kotak gebuk” dimana sebelumnya dihamparkan plastik untuk menampung butir padi yang berhamburan.
d. Pengeringan
Tujuan utama pengeringan ialah untuk menurunkan kadar air gabah dapat tahan lama disimpan. Selain itu gabah yang masih basah sulit diproses menjadi beras dengan baik.
Bulir- bulir gabah daapt dijemur dengan cara dihamparkan di atas lantai semen yang bersih dapat pula dihamparkan di atas plastik. Dalam cuaca panas, sinar matahari mampu mengeringkan gabah dalam waktu 2-3 hari.
e. Pemisahan kulit gabah
Tahap terakhir usaha bertanam padi ialah menghasilkan beras yang dapat ditanak menjadi nasi sebagai makanan pokok.
Mula-mula gabah yang sudah dikeringkan perlu dipisahkan dengan gabah hampa atau kotoran yang mungkin terbawa selama perontokan atau pengeringan, caranya dapat dengan ditampi.
Pemisahan kulit gabah dapat dilakukan dengan huller atau mesin, cara ini praktis dan cepat. Namun untuk daerah yang tidak memiliki huller, pemisahan dapat dilakukan dengan penumbuhan padi menggunakan alu dan lumpang.
6. Sentra Produksi
Pada tanaman padi sawah ini sangat luas daerah sentra produksinya diantaranya di daerah Jawa dan Sumatera. Hal ini karena padi adalah bahan dasar untuk beras dan nasi yang merupakan bahan makanan utama masyarakat Indonesia yang mengandung karbohidrat tinggi walaupun tidak semua daerah makanan pokoknya berupa beras atau nasi.

Selasa, 01 Januari 2013

Refleksi Perberasan Tahun 2012



Sepanjang pengamatan penulis selama tahun 2012, belum ada perbaikan yang signifikan dalam hal pendataan perberasan di Indonesia. Data statistik pertanian merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan arah kebijakan di tahun yang akan datang. Data dari berbagai lembaga terkait pertanian seperti Biro Pusat Statistik, Kementerian Pertanian, Badan Pertanahan Nasional, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pekerjaan Umum, dan lainnya masih tumpang tindih dan belum diintegrasikan antara satu dan lainnya.

Berapa sebenarnya luas sawah irigasi, lahan non irigasi, jumlah produksi gabah, jumlah petani pemilik sawah, penggarap, buruh tani, pendapatan petani tiap musim panen, luas sawah yang gagal panen akibat bencana atau penyakit, hingga harga gabah dan beras di level petani, pedagang hingga konsumen? ini sebenarnya data dasar yang harus ada dan valid serta bisa diakses oleh publik, sebab beras merupakan komoditas strategis dan politis yang harus jelas dalam segi pengelolaannya.

Data yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan merupakan salah satu kunci untuk mendiagnosis akar masalah perberasan di Indonesia, seringkali ego-struktural masih berjalan kuat di tiap kementerian, sehingga data satu dan lainnya menjadi berbeda karena “kepentingan strukturalnya”. Sebagai contoh, pada satu sisi kementerian pertanian mengatakan tahun 2012 surplus beras, impor itu terjadi karena mismanagement stok Bulog. pada sisi lain muncul juga pernyataan ” harga beras yang terus naik di pasar membuat kementerian perdangan memutuskan untuk impor, dikarenakan perlu operasi pasar untuk menstabilkan harga.”

Kejadian ini tidak perlu terjadi, jika ada data yang jelas, fluktuasi harga yang terjadi di pasar bisa pantau dan intervensi melalui kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang dalam proses penentuannya harus berdasarkan data yang jelas. Jika ada permainan para “Spekulan Beras” tentu bisa diawasi dengan pantauan jumlah produksi tiap musim panen dan bagaimana jalur distribusinya.

Semrawutnya data perberasan di Indonesia dari hulu hingga hilir tentu saja merugikan bagi para petani, mengingat kebijakan perberasan hingga saat ini masih belum bisa meningkatkan taraf hidup petani secara nyata. Impor yang terjadi seringkali menggunakan alasan kurangnya produksi atau kelangkaan beras di pasar. Walaupun pada faktanya terkadang fluktuasi harga yang terjadi hanya permainan pasar yang tidak ada hubungannya dengan produksi.

Semoga di tahun 2013, pemerintah mau memperbaiki manajemen data perberasan di Indonesia!

Jika data tidak segera di perbaiki, maka nasib petani di 2013 tidak akan jauh berbeda dengan 2012.

Salam Petani!!!