Pilih Bahasa

Rabu, 04 Juli 2012

Petani Modern dengan Kearifan Lokal


13333373791650834366 

Pernahkah Anda membiarkan nasi (sisa) di atas meja, dan keesokan harinya Anda mendapati nasi itu menjadi basi?
Mungkin Anda juga paham bahwa buah dan sayuran di dapur, ketika dibiarkan makin lama akan semakin membusuk. Mungkin Anda juga memahami bagaimana kayu mengalami pelapukan pelan-pelan, kemudian berbaur dengan tanah. Ketika tanah yang bercampur kayu lapuk itu ditanami, hasilnya akan woww!! Apa yang menjadikan bahan itu busuk dan lapuk? Bagaimana mempercepat proses pembusukan itu menjadi beberapa kali lipat dari kondisi normalnya? Salah satu cara adalah dengan melipatgandakan jumlah mikroorganisme pembusuknya.
.
Mikro Organisme Lokal (MOL)
Setiap daerah, akan didominasi oleh jenis mikroorganisme (bakteri dan fungi) yang berbeda. Jenis (spesies) yang dominan sangat dipengaruhi oleh iklim (perubahan suhu, derajat kelembaban), karakter bakteri dan media berkembangbiaknya di lokasi tersebut. Oleh karena perbedaan dominasi sesuai lingkungan itulah, disebut mikro organisme lokal. Dengan kata lain, mikroorganisme spesifik sesuai lokasi berbembangbiaknya.
Mikro organisme yang tidak terlihat oleh mata telanjang itu, punya peran besar bagi kehidupan khususnya bidang pertanian. Tidak disangsikan lagi, tanah yang memiliki bahan organik melimpah, mikroorganismenya juga akan melimpah. Pertanyaan menariknya adalah, bisakah bakteri atau fungi itu dikembangkbiakkan atau diternak? Bagaimana mengembangbiakkannya? Setelah berkembangbiak, untuk apa?
Teknologi pertanian sederhana telah menjawab hal tersebut untuk memulihkan, bahkan menyuburkan tanah. Dan sekarang, telah muncul produk-produk Pupuk Organik Cair (POC) dengan beragam merk, beragam perusahan, juga beragam model pemasaran. Petani sebagai sasaran produk-produk pertanian, sebaiknya bijak dan cerdas sebelum membeli. Petani perlu dibekali pengetahuan dasar tentang hal ini.
Di sekitar kita, banyak sekali bahan yang bisa dimanfaatkan untuk pembuatan Pupuk Organik Cair (POC). Kenapa harus membeli dari perusahaan yang menjualnya dengan harga tinggi karena biaya produksi dan pemasarannya memang telah tinggi, dengan kisaran harga Rp 40.000,- s.d Rp. 170.000,- per liter?
Padahal dengan harga sebanyak itu, petani bisa membuat sendiri 40 s.d 170 liter pupuk cair (dengan asumsi harga gula merah Rp 10.000,- per kg dicampurkan dengan air 10 liter) dengan memanfaatkan bahan-bahan lain disekitarnya, tidak perlu membeli.
Ya, memang media sederhana untuk membuat POC adalah gula merah seperti disebutkan di atas, bisa juga tetes tebu, agar-agar dan bahan lain dengan kandungan glukosa tinggi lainnya. Gula merah yang berglukosa tinggi itu akan berfungsi sebagai bahan penyusun tubuh mokroorganisme sehingga berkembang biak. Perkembangbiakan bakteri terjadi melalui pembelahan/pemisahan diri (misalnya dari 1 menjadi 2, kemudian 4, lalu 8, 16, 32, 64, 128, 256 dst) per periode tertentu, biasanya per 15 menit.
Proses pembuatan POC, umumnya hanya dalam kurun waktu 15 hari dan tidak rumit. Dari hitungan pembelahan bakteri per 15 menit di atas, berapa banyak sebuah bakteri berkembang selama 15 hari? Oleh karenanya, jangan heran bila dalam kemasan produk-produk Pupuk Organik Cair disebutkan jutaan bahkan trilyunan bakteri di dalamnya.
Berikut ini adalah kerangka umum yang bisa dijadikan acuan. Hal-hal yang lebih spesifik bisa ditelusuri melalui search engine, dengan mengetikkan kata ‘mikro organisme lokal’. Harapannya, dengan mengetahui kerangka umum pengembangbiakan mikroorganisme lokal, petani tidak terombang-ambing pada produk baru yang semakin bertambah jumlahnya. Konsep umumnya adalah sebagai berikut, disesuaikan dengan kebutuhan yang akan dibuat:

1. Siapkan gula merah dan air bersih (1 kg gula merah, untuk 10 liter air). Air bersih bisa digantikan dengan air kelapa, bila ada. Air kelapa memiliki derajat keasaman (pH) netral dengan kandungan elektrolit dan mineral cukup beragam, baik untuk perkembangbiakan bakteri. Hancurkan gula merah itu, kemudian larutkan dalam air.

2. Siapkan bahan-bahan organik di sekitar kita. Misalnya nasi kenduri yang tidak termakan dan belum bercampur minyak goreng. Bahan lainnya seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daun-daunan juga bisa dimanfaatkan. Pemilihan bahan organik ini bebas, dengan tujuan memanfaatkan bahan sebagai media untuk dirombak dan media berkembangbiak. Perkirakan bahan organik ini antara 2,5 s.d 5 kg, atau sesuaikan dengan wadah. Masukkan bahan tersebut ke dalam larutan gula merah di point 1 tersebut di atas.

3. Siapkan sumber-sumber bakteri sebanyak 1 kg (kayu lapuk, keong mas atau bekicot yang telah dicacah, isi usus ayam-ikan-sapi-kambing dll, air kencing sapi-kambing dll, kotoran sapi). Masukkan ke dalam larutan gula merah. Sumber-sumber bakteri ini disebut media starter untuk memperbanyak bakteri yang dikandungnya.

4. Tutup ketiga campuran di atas dengan plastik atau penutup lainnya. Buka tutupnya sebentar setiap pagi untuk mengeluarkan gasnya. Gas yang terbentuk adalah tanda bahwa proses perombakan bahan-bahan campuran sedang berlangsung oleh bakteri. Bila sampai seminggu tidak terjadi tanda-tanda pembentukan gas (wadah tidak mengembung), ganti saja bahan-bahannya.

5. Biarkan selama 15 hari atau sampai selesai terbentuk lapisan tepung berwarna putih seperti bedak di atas permukaan larutan gula. Saring hingga larutan gula terpisah dengan campuran kasar. Bakteri yang dikembangbiakkan ada dalam larutan gula itu.

6. Bila point 5 telah terpenuhi, maka siap diaplikasikan. Campurkan 70 s.d 150 ml POC dengan 15 liter air. Siramkan atau semprotkan ke tanah. Ulangi lagi setiap 15 hari.
Ada banyak manfaat dari pengembangbiakan MOL melalui pembuatan POC ini. Ketika POC diaplikasikan ke tanah, akan semakin banyak bakteri yang merombak residu (sisa) pupuk yang tidak dapat terurai dalam tanah tetapi tidak dapat diserap oleh tanaman. Juga, makin cepatnya proses penguraian bahan organik mentah hingga siap diserap tanaman. Akhirnya, tanah yang makin subur karena pemberian POC ini, akan menyuburkan tanaman dan produksinya juga meningkat.

Dalam skala rumah tangga, para ibu-ibu dan remaja putri yang menyukai tanaman hias juga bisa memanfaatkan teknologi sederhana ini, untuk menyuburkan tanaman hiasnya. Siramkan POC buatan sendiri ini setelah ditambahkan air bersih seperti pada point 6.
Anda mungkin bukan petani, tidak ada salahnya berbagi hal ini kepada tetangga, teman, saudara kita yang petani. Kita tahu, 60% penduduk miskin berdomisili di desa, berprofesi sebagai petani dengan adopsi informasi teknologi yang lambat. Demikian, sengaja ditulis dengan mencoba pemaparan sederhana yang jauh dari bahasa ilmiah yang memusingkan.
Ingatlah bahwa kata TANI yang digagas oleh Presiden Soekarno kala itu, adalah akronim dari Tiang Agung Negara Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar